Adapun Istilah dalam
Pewayangan merujuk pada Bahasa Arab :
1. Istilah ‘Dalang’ berasal dari bahasa Arab, ‘Dalla’ yang
artinya menunjukkan. Dalam hal ini, seorang ‘Dalang’ adalah seseorang yang
‘menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang’. Mandalla’alal Khari
Kafa’ilihi (Barangsiapa menunjukan jalan kebenaran atau kebajikan kepada orang
lain, pahalanya sama dengan pelaku kebajikan itu sendiri –Sahih Bukhari)
2. Karakter ‘Semar’ diambil dari bahasa Arab,
‘Simaar’ yang artinya Paku. Dalam hal ini, seorang Muslim memiliki pendirian
dan iman yang kokoh bagai paku yang tertancap, Simaaruddunyaa.
3. Karakter ‘Petruk’ diambil dari bahasa Arab,
‘Fat-ruuk’ yang artinya ‘tingggalkan’. Maksudnya, seorang Muslim meninggalkan
segala penyembahan kepada selain Allah, Fatruuk-kuluu man siwallaahi.
4. Karakter ‘Gareng’ diambil dari bahasa Arab,
‘Qariin’ yang artinya ‘teman’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berusaha
mencari teman sebanyak-banyaknya untuk diajak ke arah kebaikan, Nalaa Qaarin.
5. Karakter ‘Bagong’ diambil dari bahasa Arab,
‘Baghaa’ yang artinya ‘berontak’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berontak
saat melihat kezaliman.
Seni ukir, wayang, gamelan, baju takwa, perayaan
sekatenan, grebeg maulud, serta seni suara suluk yang diciptakannya merupakan
sarana dakwah semata, bukan budaya yang perlu ditradisikan hingga berkarat
dalam kalbu dan dinilai sebagai ibadah mahdhah.
Beliau memandang semua itu sebagai metode semata,
metode dakwah yang sangat efektif pada zamannya. Secara filosofis, ini sama
dengan da’wah Rasulullah SAW yang mengandalkan keindahan syair Al Qur’an
sebagai metode da’wah yang efektif dalam menaklukkan hati suku-suku Arab yang
gemar berdeklamasi.
Tak dapat disangkal bahwa kebiasaan keluar-masuk
kampung dan memberikan hiburan gratis pada rakyat, melalui berbagai pertunjukan
seni, pun memiliki nilai filosofi yang sama dengan kegiatan yang biasa
dilakukan Khalifah Umar ibn Khattab r.a. yang suka keluar-masuk perkampungan
untuk memantau umat dan memberikan hiburan langsung kepada rakyat yang
membutuhkannya.
Persamaan ini memperkuat bukti bahwa Sunan Kalijaga
adalah pemimpin umat yang memiliki karakter, ciri, dan sifat kepemimpinan yang
biasa dimiliki para pemimpin Islam sejati, bukan ahli Kejawen.